Biasanya, orang ingin pergi ke suatu tempat karena memiliki misi tertentu untuk dilaksanakan. Contoh, kalau ke Jepang saya ingin melihat stadion Sapporo Dome yang canggih itu. Contoh lagi, kalau ke Rusia saya mau mampir ke Vladivostok buat check-in di media social biar kece. Misi dan keinginan seperti itu muncul supaya dianggap sahtelah memijakkan kaki di tempat yang bersangkutan.
Begitupun halnya saat saya, Windy, dan Reta saat ke India. Ingin foto di Taj Mahal? Pasti. Itu biasanya menjadi tujuan utama wisatawan pergi ke India. Tapi kami bertiga punya misi masing-masing versi kami karena menurut kami jika itu terlaksana, maka kami telah resmi berpijak di negeri anak benua.
Misinya Windy: Pasang Mehndi
Dari awal perjalanan Windy bersikukuh kalau dia HARUS pasang mehndi di tangannya sebelum pulang. Kenapa sebelum pulang? Supaya pas sampai di Jakarta masih berbekas. Jadi keliatan deh kalau abis jalan-jalan di India. Cieee.
Mungkin banyak yang tidak familiar atau tidak kenal dengan istilah mehndi. Dibaca mehendi, bukan kekurangan huruf “E”. Mehndi adalah versi lokal dari henna untuk wilayah India dan sekitarnya seperti Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka.
Biasanya mehndi digunakan oleh perempuan dalam perayaan tertentu seperti pernikahan, upacara adat, dan upacara keagamaan. Penggunaan mehndi atau henna sebetulnya dimulai oleh bangsa Arab. Di Arab, henna merupakan simbol dari representasi keberuntungan, kesehatan, dan sensualitas.
Waktu itu kami memasang mehndi saat di Kolkata. Satu pergelangan tangan dibandrol seharga 200 Rupee. Namun kalau menurut perempuan yang duduk di sebelah saya saat penerbangan menuju Kuala Lumpur, tempat terbaik untuk memasang mehndi adalah Jaipur. Katanya, 200 Rupee untuk dua pergelangan tangan dan desainnya jauh lebih oke.
Eh iya, ternyata pasang mehndi menimbulkan rasa panas di pergelangan tangan ya.
Misinya Reta: Pasang Bindi di Dahi
Kalau mendengar kata India pasti yang terbayang adalah sosok perempuan dalam balutan kain saree dengan titik merah di antara kedua alis. Titik merah itu dinamakan bindi. Kenapa Retha ingin pasang bindi? Biar makin berasa aja Indianya.
Bindi diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti titik kecil. Di setiap daerah di India, bindi memiliki sebutan yang berbeda sesuai dengan bahasa lokal. Bindi sebagai simbol spiritual juga memiliki banyak arti dari berbagai sudut pandang seperti dalam yoga dan meditasi. Namun secara umum, titik merah di antara kedua alis merepresentasikan ‘mata ketiga’ dan dipercaya dapat memelihara energi dan konsentrasi.
Bindi terbuat dari bubuk berwarna merah yang lebih akrab disebut dengan vermilion. Kenapa merah? Karena merah melambangkan cinta, kemakmuran, dan kehormatan. Dalam tradisi India, bindi wajib digunakan oleh perempuan yang sudah menikah.
Kini bindi bisa didapatkan dimanapun dengan berbagai variasi warna dan bentuk. Ada yang berwarna biru, hijau, kuning, dsb. Ada yang berbentuk wajik dengan hiasan manik-manik. Harganya pun sangat murah. Sepuluh rupee untuk satu plastik berisi sepuluh bindi.
Biasanya bindi yang dijual seperti sudah berbentuk sticker.Pemakaiannya mudah tinggal temple saja. Namun patut dicoba juga bagaimana rasanya menggunakan bindi yang asli dari bubuk vermilion. Rasanya dingin-dingin gimana gitu. Ada beberapa kuil dengan penjaga yang bertugas menitikkan vermilion kepada tamu yang datang. Biasanya vermilion dititikkan dengan iringan doa dari penjaga kuil.
Misinya Saras: Melarungkan Flower Candle di Sungai Gangga
Flower candle adalah rangkaian bunga berwarna oranye sebesar telapak tangan dengan lilin kecil di atasnya. flower candle ini dilarungkan bersama doa dan harapan di atas Sungai Gangga. Konon katanya, doa yang dilarungkan bersama flower candle ini akan terkabul.
Kenapa saya ingin melarungkan flower candle? Ya pengen aja. Sekalian ada keinginan konyol yang ingin saya panjatkan sih bersama larungnya flower candle. Sebetulnya saya enggak percaya-percaya amat dengan mitos-mitos ‘kalau berdoa di sini akan dikabulkan’ dsb. Tapi biar seru aja, bro. Kekekkek.
Flower candle banyak dijual di sepanjang tepian Sungai Gangga. Bahkan ada juga penjual flower candle di atas perahu dan menjajakannya dari satu perahu ke perahu lain. Harganya murah, cuma 40 Rupee.
Lucu juga melihat para flower candle berenang-renang membawa doa yang empunya panjatkan. Entah nantinya flower candle yang terlarung akan terdampar dimana. Kalau habis terbakar dengan lilin rasanya mustahil mengingat perbandingan jumlah bunga dan besar lilin yang cukup jauh.
Mereka akan selalu terlihat cantik baik di hari masih terang atau saat sudah gelap. Di pagi dan siang hari mereka akan terlihat bertebaran dimana-mana karena warnanya yang mencolok. Pada malam hari pun—walau Sungai Gangga sudah gelap gulita—mereka akan tetap bersinar bak kunang-kunang berkat cahaya lilin kecil.
Kami bertiga sukses melaksanakan tiga misi yang sarat makna dan nilai dalam tradisi India. Kini pemakaian bindi dan mehndi lebih luas. Tidak hanya terbatas untuk menjalani tradisi, upacara keagamaan, dan identitas untuk kepercayaan tertentu. Begitu pula halnya dengan tradisi berdoa lewat flower candle.
wah bindi, mehendi keduanya yang sangat akrab di kita karena pengaruh filem india kalau melarung lilin sering juga lihat di filem ya………… kalau malam bulan purnama ada juga tuh istri puasa dan ada lilin di kolam segala sambil berdoa dan tarian dan nyanyian..ya begtulah India.. dan kalian berhasil dengan misi kalian..ya ..
iya mbak alhamdulillah kesampean. hehe… banyak tradisi India yang menarik yaa
sip saya pasti komen kalau nulis tentang india hahaha
ada yg punya misi nyari puhun terus joged2 ala india ga? 😀
Mas Danan mungkin? banyak pohon dan taman kok di sana 😀
mbaa aq mw k india inshaaAllah nopember.msi bngung mw pke apa. tujuan ke bangalore.prjalanan mb saras seru bgt. sukaaa
kyaaaaa India emang seru banget 😀 kalo ke daerah selatan bisa naik Tiger dari Singapore atau Air Asia dari KL.
Selamat untuk kalian misi masing2 tercapai! Dulu waktu saya ke Bangalore saya juga punya misi menemui teman yg lama tak jumpa. Setelah ketemu kami girang betul, pelukan dan nari2 macam film dengan koreografi yg buruk minta ampun. Salam kenal ya Saras 🙂
Wah bertemu teman di belahan bumi lain memang menyenangkan ya. Sayang sekali saya enggak punya teman di India. Hahaha
Salam kenal juga yaa mbak, mas 🙂
waah….
seru ya mbak,impianku bnget tu k india dan pakistan,
moga bisa sprti mbak dn temn* deh….
aamiin…aku juga penasaran ama Pakistan tapi atuuut. hehehe 😀
mba untuk biaya ngabisin berapa duit bwt melancong k india?? aku pengen bgt k sana 😀
untuk mba noer halim : kapan mba mw melancong k india?? bareng yukss 😀
sekitar 7jutaan, mbak. ayok ke India! harus banget coba sekali seumur idup deh. haha 😀
7 jutaan itu brpa hari mb? Itu sm smua nya nya plus urus passport n visa?
iyaa sudah termasuk tiket pesawat, visa, penginapan, dsb. kurang lebih sepuluh hari.
mbak pakai pesawat apa kesana ? aku jg mau akhir tahun ini
dulu aku pakai AirAsia, mbak. hehehe