Namanya juga negeri asal berbagai merek alat elektronik. Pasti segala sesuatunya serba canggih. Bahkan hingga ke urusan kakus sekalipun.

Dunia perkakusan di Jepang cukup membuat saya takjub dan norak. Pasalnya saya sudah membayangkan sebagian besar toilet di Jepang adalah toilet kering yang hanya mengandalkan kertas tissue. Seperti yang biasa saya lihat di komik-komik.

Gambaran toilet tradisional seperti itu memang masih banyak juga dijumpai. Terutama di toilet-toilet umum pinggir jalan. Tapi bagaimana dengan toilet di tempat-tempat yang bagus dan modern seperti pusat perbelanjaan dsb?

Di sana tidak ada tuas untuk menyiram kloset yang sudah terpakai. Tidak ada pula selang untuk cebok (uhm bantu saya mencari padanan kata baku dalam bahasa Indonesia yah). Biasanya tepat di sampng kanan kloset ada remote semacam ini yang menjawab segala kebutuhan kita.

2013-07-01 23.56.40
Pencet mereka untuk tuntaskan urusan

Dari remote ini bisa diatur mau cebok bagian mana (depan atau belakang), panas dinginnya air yang keluar, dan juga seberapa besar tekanan air yang keluar. Bahkan ada juga menu pengering sebagaimana fungsinya sebuah hand dryer. Asik kan? πŸ˜€

Biasanya kalau sudah terlalu canggih tidak ada tombol khusus untuk flush. Kloset yang sudah terpakai akan flushing secara otomatis dengan bantuan sensor. Tapi bagaimana kalau kloset yang kita pakai tidak bisa flushing secara otomatis? Atau tidak ada pula tuas/tombol flush di atas atau di samping toilet?

Hal pertama yang dilakukan adalah stay cool dan jangan tinggalkan toilet dengan kotoran kita yang masih mengambang-ngambang. Malu-maluin orang Indonesia aja abis pake kloset ga disiram πŸ˜›

Nah mencari tombol flush yang kurang lazim ini cukup membingungkan dan bikin panik. Pasalnya hampir semua tombol-tombol dalam toilet bertuliskan kanji dan hiragana.

2013-07-01 23.57.00
Salah satu model tombol flush

Kalau sudah begini coba raba-raba tembok sebelah kanan. Biasanya tombol flush dengan ukuran cukup besar ada di sana. Atau kalau memang canggihnya kebangetan, biasanya ada semacam plat sensor berwarna hitam yang fungsinya untuk flushing. Cukup letakan telapak tangan di atasnya, maka toilet akan flushing seketika.

Menu Ekstra

Di samping dua kebutuhan pokok itu (cebok dan siram), masih banyak lagi fitur-fitur oke di toilet Jepang yang sulit dijumpai di Indonesia.

  • Sabun cair. Biasanya kalau di Indonesia cuma ada tempatnya aja tanpa ada isinya
  • Toilet seat sanitizer. Untuk mereka yang jijik harus berbagi dudukan kloset dengan pantat orang tak dikenal. Silakan ambil tissue, semprotkan toilet seat sanitizer, dan bersihkan dudukan toilet.
  • Speaker dengan bunyi aliran air. Jangan kaget atau bingung jika mendapati bunyi aliran air krucuk-krucuk saat menduduki kloset. Hal ini dimaksudkan untuk menyamarkan suara-suara alamiah yang keluar ketika kita buang air seperti bunyi mencret atau β€˜cemplang-cemplung’. Kan malu yaa kalau kedengeran dari luar. Ketauan deh di dalem toilet kita ngapain :p Oya, volume suara air ini bisa diatur loh!
  • Tissue dalam jumlah berlebihan. Sebagian besar orang Jepang masih lebih suka cebok dengan tissue. Mereka pun tergolong boros dalam penggunaan tissue. Maka tidak heran bila ada dua sampai tiga roll tissue gulung dalam toilet.

Sampah dalam Toilet

Di setiap toilet pasti ada tempat sampah. Tapi kenapa sering kosong ya? Padahal sebagian besar orang Jepang lebih terbiasa istinjak (cebok) dengan tissue.

Hal ini dikarenakan sampah bekas istinjak tersebut ikut dibuang ke dalam lubang kloset dan di-flush bersama-sama kotoran dalam kloset. Emang enggak mampet? Kertas tissue yang dipakai pada umumnya sangat tipis dan lembut. Jadi lebih mudah terurai dengan air.

Tempat sampah yang ada di toilet biasanya digunakan untuk membuang pembalut atau pantyliners. Hmm kurang tahu yah kalau di toilet cowok kayak apa. Yang jelas, jangan membuang sampah tissue dalam tempat sampah. Buanglah ke lubang kloset! Hahaa

Pernah saya ditegur oleh ibu homestay karena membuang sampah tissue ke tempat sampah yang ternyata digunakan untuk membuang popok anaknya saja.

Intinya, semua toilet di Jepang adalah toilet kering. Hanya saja fitur-fitur canggih tersebut ada atau tidak. Biasanya toilet dengan fitur-fitur canggih di atas bersih banget dan enggak ada rasa jijik sama sekali buat memakainya. Tapi, enggak semuanya bersih lho. Toilet dengan gaya tradisional biasanya bau pesing minta ampun. Sama aja sih sama toilet di terminal sini. Hahaha

Yang jelas, apapun model toiletnya tetaplah berperilaku bersih dan jangan norak dengan canggih (atau tidaknya) toilet Β di sana. πŸ˜€

14 thoughts on “Dunia Perkakusan di Jepang

  1. aku juga katro banget waktu pake toilet ini, kadang bisa kadang gak. hikssss. T_T ujung2nya kembali ke tissue (untuk prepare atau beberapa tempat nyediain juga)
    norak banget, sama, kirain toiletnya cuma yang bentuk aneh2 kaya di komik Hagemaru. kekekeekek

    1. bahkan aku pernah salah mencet tombol. bukannya tombol flush, malah tombol emergency yg kepencet. alhasil pas keluar toilet udah ditungguin orang-orang di luar sambil ditanyain “daejobu?” (baek?). haha

  2. Toilet cowok sama canggihnya fasilitas kayaknya gak beda. Yang di luar dugaanku, ternyata Jepang gak terlalu pelit air kayak di Singapura. Tapi klo toilet umum di taman dan stasiun sama joroknya. Tissue bertebaran di lantai, ada yg gak disiram bahkan ada yg berserakan di lantai…. Kalo sudah gitu mending toilet di satsiun sini hehehe…

    1. Iyaaa betul sekali. Dibandingkan Singapura, Jepang termasuk royal untuk urusan air. Walaupun di beberapa tempat banyak juga toilet kering yg cuma mengandakan tissue dan sampahnya berceceran dimana-mana. Siap-siap tutup idung aja sih kalo lagi apes dapet toilet yg jorok. Hahaha

  3. coba deh ke toilet yang ada di stasiun atau taman…. dijamin bakal cancel mau bab -,- *pengalaman nemu toilet jorok di jepang* ternyata ada juga sih πŸ˜€

Leave a reply to Sarashanti Cancel reply