“Two poles diametrically opposed to each other, both bright and friendly, exert a powerful spell on my soul. There, the paradise of my childhood in the hot sunshine, where the Hindostan Ocean breaks against the shores, where my loved ones live and where the ashes of my ancestor’s rest, and here, Europe’s happy countries, luminous in the diamond jewels of art, science and high education, where the longings of my youth drew me, where I found so much more than even in my wildest dreams, where I was so happy amongst the noblest of friends, who replaced my father, mother, brothers and sisters between these two poles my heart is divided. I feel compelled o make both a sacrificial offering of grateful love. I believe there is no better way of doing this than by telling my friends on this side about the simple customs and happiness of the people among whom I was born, and by painting my loved ones at home a picture of the wonders of Europe and of the majestic dignity of human intellect. The language I speak is not the pompous language of austere science but the simple childish speech of the heart. My friends will understand and appreciate it.”

Raden Saleh, Maxen 1848

“Dua kutub yang saling bertentangan, namun keduanya cerah dan ramah, seperti kekuatan sihir sakti yang memengaruhi jiwaku. Di sana, taman firdaus dan masa kecilku di bawah terik matahari dan di keluasan Samudra Hindia yang gemuruh, tempat tinggal orang-orang yang kucintai, dan tempat abu nenek-nenek moyangku bersemayam. Di sini, Eropa, negara-negara paling beruntung, tempat kesenian, ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi berkilai bagai intan permata, yang memikat gairah masa mudaku, dapat kutemukan lebih banyak disbanding impian kampong halamanku, di mana aku begitu bahadia, di antara sahabat-sahabat baikku, sebagai pengganti ayah, ibu, dan saudara-saudariku—hatiku terbagi untuk keduanya. Semua itu mendoronglu member persembahan sebagai wujud terimakasih dan kasih sayangku kepada keduanya. Au percaya, tak dapat berbuat lebih baik daripada menceritakan kepada para sahabatku di sini, di tengah kebersahajaan adat istiadat dan kebahagiaan suatu bangsa di mana au dilahirkan, kukisahkan untuk para sahabat tercinta kekagumanku terhadap Eropa dan kedaulatan akal budi manusia. Bahasa yang kugunakan bukanlah ilmu pengetahuan yang mutlak dan bukan hal yang berlebhan, melainkan lebih merupakan ungkapan sederhana bagaikan dari hati seorang bocah yang murni. Tentu para sahabatku dapat mengerti dan menghargai.”

Raden Saleh, Maxen 1848

Leave a comment